Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Pelajaran Seni Budaya
Disusun Oleh ;
Kelas---------
SMA NEGERI DARMARAJA
Jalan Cikondang No. 90 Darmaraja Sumedang
Tahun Ajaran 2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat serta karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu, dalam tugas makalah ini penulis
mengambil judul “Peranan Kesenian Musik
Tradisional Tarawangsa dalam Masyarakat”.
Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada guru mata pelajaran Seni Budaya dan Sosiologi karena dengan
adanya tugas makalah ini penulis menjadi lebih tahu lagi tentang fungsi dan
ragam alat musik tradisional Jawa Barat serta tidak lupa penulis ucapkan kepada
semua rekan-rekan yang telah membantu dalam menyusun serta menyelesaikan tugas
makalah ini karena tanpa bantuan serta kerjasamanya tugas makalah ini tidak
akan selesai.
Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya siswa/siswi SMA Negeri Darmaraja dan mohon maaf apabila dalam
pengucapan serta penulisan kalimat dalam makalah ini masih banyak yang kurang,
saran serta kritikan sangat penulis harapkan demi perbaikan yang lebih baik
lagi kedepannya.
Darmaraja, ...Agustus 2016
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Musik dapat berkembang menjadi
suatu aliran ideologi yang mengakar dalam diri seseorang atau bahkan komunitas.
Jawa Barat adalah daerah yang kaya akan khasanah kesenian
tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari
masyarakatnya. Seni Tarawangsa merupakan
salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yang hingga saat ini masih
berkembang di beberapa daerah di Jawa Barat diantaranya adalah di Rancakalong
Sumedang, di Cibalong Tasikmalaya, dan di Cisompet Garut.
Dalam
kehidupan masyarakat Jawa Barat yang sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani, seni tarawangsa erat kaitannya dengan hal-hal yang
menyangkut pertanian. Hal tersebut dapat terlihat dari fungsi seni tarawangsa yang
oleh masyarakat tani di Jawa Barat dijadikan sebagai sarana upacara-upacara pertanian.
Salah satu dari upacara tersebut terdapat di kecamatan Cisompet Garutyang disebut dengan upacara Nyalikkeun.
Upacara nyalikkeun adalah suatu prosesi adat penyimpanan
padi ke leuit atau penyimpanan padi
yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Cisompet secara turun temurun.
Pelaksanaan upacara tersebut didukung oleh ebberapa unsur
utama, yaitu sesaji, pemimpin upacara, pendukung upacara dan sajian musik Tarawangsa.
Sajian musik tarawangsa dalam upacara nyalikkeun merupakan puncak dari keseluruhan
pelaksanaan upacara.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah dan perkembangan kesenian musik
tradisional Tarawangsa ?
2.
Bagaimana peranan musik Tarawangsa dalam kehidupan
masyarakat ?
3.
Bagaimana bentuk dan simbol pada lagu-lagu pokok
kesenian musik tarawangsa ?
4.
Bagaimana bentuk dan makna Penyajian lagu Tarawangsa
dalam mengiringi upacara ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan kesenian
tradisional tarawangsa.
2.
Untuk mengetahui bagaimana peranan musik Tarawangsa
dalam kehidupan masyarakat.
3.
Untuk mengetahui bentuk dan symbol pada lagu pokok
kesenian music tarawangsa.
4.
Untuk mengetahui bentuk dan makna penyajian lagu
tarawangsa dalam mengiringi upacara.
1.4 Manfaat
1.
Bagi Guru, terutama guru mata pelajaran Sejarah, Seni
Budaya akan dapat lebih mudah lagi dalam menyampaikan materi dalam proses
belajar mengajar di kelas.
2.
Bagi siswa, mengetahui lebih dalam lagi kesenian musik
tradisional Tarawangsa yang hampir punah serta dapat menambah wawasan
pengetahuan siswa-siswi mengenai ragam kesenian tradisional.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah dan Perkembangan Kesenian Musik
Tradisional Tarawangsa
Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian
rakyat yang ada di Jawa Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri
memiliki dua pengertian: alat musik
gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan (2)
nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
Tarawangsa
lebih tua keberadaannya daripada rebab, alat gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad ke-18 telah menyebut nama tarawangsa sebagai
nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15-16, merupakan adaptasi dari alat gesek
bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa
biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran
tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab.
Sebagai alat musik
gesek, tarawangsa tentu saja dimainkan dengan cara digesek. Akan tetapi yang
digesek hanya satu dawai, yakni dawai yang paling dekat kepada pemain;
sementara dawai yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipetik dengan jari
telunjuk tangan kiri. Kemudian, sebagai nama salah satu jenis musik, tarawangsa
merupakan sebuah ensambel kecil yang terdiri dari sebuah tarawangsa dan sebuah
alat petik tujuh dawai yang menyerupai kecapi,
yang disebut Jentreng.
Kesenian Tarawangsa
hanya dapat ditemukan di beberapa daerah tertentu di Jawa Barat, yaitu di
daerah Rancakalong (Sumedang),
Cibalong, Cipatujah (Tasikmalaya Selatan),
Banjaran (Bandung),
dan Kanekes (Banten
Selatan). Dalam kesenian Tarawangsa di daerah Cibalong dan Cipatujah, selain
digunakan dua jenis alat tersebut di atas, juga dilengkapi dengan dua perangkat
calung rantay, suling, juga nyanyian.
2.1.1 Perkembangan
Kesenian Musik Tradisional Tarawangsa
Alat musik tarawangsa dimainkan dalam laras pelog, sesuai
dengan jentrengnya yang distem ke dalam laras pelog. Demikian pula
repertoarnya, misalnya tarawangsa di Rancakalong terdiri dari dua kelompok
lagu, yakni lagu-lagu pokok dan lagu-lagu pilihan atau lagu-lagu tambahan, yang
semua berlaraskan pelog. Lagu pokok terdiri dari lagu Pangemat/pangambat,
Pangapungan, Pamapag, Panganginan, Panimang, Lalayaan dan Bangbalikan. Ketujuh
lagu tersebut dianggap sebagai lagu pokok, karena merupakan kelompok lagu yang
mula-mula diciptakan dan biasa digunakan secara sakral untuk mengundang Dewi
Sri.
Sebagaimana telah disinggung di atas, alat musik pokok
kesenian tarawangsa terdiri dari tarawangsa dan jentreng. Menurut sistem
klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel, Tarawangsa diklasifikasikan sebagai Chordophone,
sub klasifikasi neck-lute, dan Jentreng diklasifikasikan juga sebagai
Chordophone, sub klasifikasi zither. Sedangkan menurut cara memainkannya,
tarawangsa diklasifikasikan sebagai alat gesek dan jentreng diklasifikasi
sebagai alat petik. Alat musik tarawangsa terbuat dari kayu kenanga, jengkol, dadap, dan kemiri. Dalam ensambel,
tarawangsa berfungsi sebagai pembawa melodi (memainkan lagu), sedangkan
jentreng berfungsi sebagai pengiring (mengiringi lagu).
Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu
orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain Tarawangsa
terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan. Mereka semuanya
adalah petani, dan biasanya disajikan berkaitan dengan upacara padi, misalnya
dalam ngalaksa, yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
hasil panen yang melimpah. Dalam pertunjukannya ini biasanya melibatkan para
penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka menari secara teratur.
Mula-mula Saehu/Saman (laki-laki), disusul para penari perempuan. Mereka
bertugas ngalungsurkeun (menurunkan) Dewi Sri dan para leluhur. Kemudian
hadirin yang ada di sekitar tempat pertunjukan juga ikut menari. Tarian
tarawangsa tidak terikat oleh aturan-aturan pokok, kecuali gerakan-gerakan khusus
yang dilakukan Saehu dan penari perempuan yang merupakan simbol penghormatan
bagi dewi padi. Menari dalam kesenian Tarawangsa bukan hanya merupakan gerak
fisik semata-mata, melainkan sangat berkaitan dengan hal-hal metafisik sesuai
dengan kepercayaan si penari. Oleh karena itu tidak heran apabila para penari
sering mengalami trance (tidak sadarkan diri).
1.2 Peranan Musik Tarawangsa Dalam Kehidupan
Masyarakat
Musik, sebagaimana
agama, semua kesenian, dan cinta adalah bahasa dan hal yang paling universal
yang dapat menjangkau kehidupan manusia. Ritual keagamaan atau tradisi sejak
zaman paling pra sejarah sekalipun sudah mengenal musik. Musik sedari dahulu
digunakan untuk tujuan dan alat menuju hal-hal tertentu yang berkaitan dengan
alam, roh-roh para leluhur, dan Sang Pencipta dengan tujuan untuk meminta
keselamatan, meminta berkah, tolak bala, meminta turun hujan, dan hal-hal yang
bersifat mistis lainnya. Jika kita lihat ada beberapa peranan musik tarawangsa, yaitu :
a. Sarana upacara budaya (ritual)
Indonesia memiliki bermacam-macam
budaya, dan memiliki tradisi yang berbeda-beda pula. Pada saat mereka melakukan
upacara budaya, beberapa di antara mereka menggunakan musik sebagai pengiring
jalannya upacara tersebut. Seni tarawangsa termasuk
dalam sebuah sarana upacara ritual yang erat hubungannya dengan mitos Dewi Sri
dan bertujuan sebagai rasa ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas panen yang telah mereka dapatkan.
b. Sarana hiburan
Dalam hal ini, musik tarawangsa juga merupakan
salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta
sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya
masyarakatIndonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika
ada pertunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondong
mendatangi tempat pertunjukan untuk menonton bahkan ikut serta dalam upacara
tersebut. Dalam hubungannya dengan fungsi seni tarawangsa sebagai sarana
hiburan dapat kita lihat pada penggunaan seni tarawangsa sebagai seni pertunjukan untuk penyambutan tamu
terhormat atau pada acara khitanan.
c. Sarana ekspresi diri
Bagi para seniman seni tarawangsa (baik pencipta lagu
maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri
mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik
pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita-cita tentang
diri, masyarakat, Tuhan, dan alam sekitar.
d. Sarana
komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia,
bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok
masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan
menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan.
Seni tarawangsa dapat dikatakan sebagai sarana komunikasi antara leluhur mereeka
dengan generasi penerusnya.
e. Pengiring
tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi-
bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian-tarian
daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah termasuk tarian tarawangsa di Indonesia hanya
bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik-musik
pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti
dansa, poco- poco, dan sebagainya.
f. Sarana
ekonomi
Bagi para musisi dan artis profesional,
musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi dan aktualisasi diri
atau sebagai sarana ritual saja. Musik juga merupakan sumber penghasilan.
Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat
(Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini
mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam
media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang
dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga
bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di
luar Indonesia.
Musik dapat berkembang menjadi suatu
aliran ideologi yang mengakar dalam diri seseorang atau bahkan komunitas, maka
ia akan mempunyai konsekuensi dalam nilai-nilai atau norma-norma yang ada dalam
lingkungan sosialnya, baik lingkungan sosial yang terkecil atau bahkan sampai
meluas menembus batas-batas wilayah tertentu. Dalam rangkaian kehidupan manusia, musik,
syair, pantun, tari-tarian dan sebagainya memiliki peranan tersendiri dalam
perjalanan sejarah kehidupan.
1.3 Bentuk dan Simbol pada Lagu-lagu Pokok
Kesenian Musik Tarawangsa
Bentuk dan makna simbol pada lagu-lagu
pokok tarawangsa (dilihat
dari judul-judul lagu) adalah sebagai berikut:
a.
Pangemat, berasal dari
kata ngemat yang
artinya memanggil, dalam hal ini yaitu menggambarkan pemanggilan Dewi Sri untuk
datang ke tempat upacara berlangsung.
b.
Panimang, berasal dari
kata nimang yang
artinya mengayun-ayun hal tersebut melukiskan Dewi Sri sedang
ditimang-timang.
c.
Pamapag, berasal dari
kata papag yang
berarti jemput, hal tersebut menggambarkan penjemputan datangnya Dewi Sri.
d.
Pangapungan, berasal dari
kata ngapung yang
berarti terbang, hal ini menggambarkan Dewi Sri sedang terbang.
e.
Panganginan, berasal dari
kata ngangin yang
berarti istirahat, yangmenggambarkan jika Dewi Sri sedang beristirahat.
f.
Lalayaran, berasal dari
kata lalayar yang
artinya tamasya yang menggambarkan Dewi Sri sedang bertamasya.
g.
Bangbalikan, berasal dari
kata balik yang
berarti pulang hal tersebut menggambarkan proses mengantarkan pulangnya Dewi
Sri ke dalam ruangan penyimpanan.
2.4
Bentuk dan makna Penyajian Lagu Tarawangsa Dalam Mengiringi
Upacara
Setelah alat-alat persiapan dan sesajen
tersedia, maka upacara pun dimulai dari jam 19.30 wib. Sesepuh duduk bersila
menghadapi parupuyan dan
alat-alat perlengkapan sambil membagikan-bagikan kemenyan kepada sesepuh lainnya agar dimantrai.
Kemudian kemenyan-kemenyan tersebut dipungut kembali, lalu dibakarnya disertai
mantra-mantra dengan maksud bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan
Rasul-Nya. Demikian pula kepada para leluhurnya.
Di bawah ini adalah urutan penyajian
lagu tarawangsa dalam mengiringi upacara:
a.
Upacara diawali dengan penyajian lagu pangemat, sebagai lagu
pengundang Dewi Sri agar segera datang di tempat tersebut.
b.
Disusul oleh lagu panimang untuk mengiringi acara ngalungsurkeun yaitu menurunkan
seikat padi sebagai lambang Dewi Sri.
c.
Lagu pamapag digunakan
saat prosesi penjemputan Dewi Sri oleh sesepuhsambil membawa pakaian dan aksesoris lainnya yang akan
dikenakan kepada padi tersebut.
d.
Dibelakangnya diikuti oleh ibu-ibu yang membawa
bunga-bungaan, minyak kelapa, daun hanjuang dan mangkuk berisi beras
dengan tektek di
atasnya yang diiringi lagu pangapungan.
e.
Sesudah itu padi disawer yang diiringi lagu panganginan.
f.
Upacara kemudian dilanjutkan dengan acara bersukaria
yaitu menari bersama yang pimpin oleh seorang saehu berpakaian lengkap (jas hitam, berkain batik, iket), di pinggangnya terlihat
sebilah keris yang dililiti dengan karembong atau sampur]. Diikuti
oleh penari pria yang disusul oleh penari wanita yang berpakaian kebaya dalam
lagu lalayaran.
g.
Lagu bangbalikan mengiringi
prosesi terakhir yaitu nginebkeun atau
netepkeun yaitu menyimpan
padi yang dihias tadi ke dalam ruangan penyimpanan. Ini menggambarkan bahwa
Dewi Sri akan menetap disana.
h.
Musik tarawangsa dimainkan
secara instrumental dalam tangga nada atau laras pelog dan salendro. Dalam penyajiannya, alat
musik tarawangsaberfungsi
sebagai pembawa lagu atau melodi, sedangkan alat musik kacapi berfungsi sebagai pengiring lagu.
BAB III
SIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Simpulan
1. Tarawangsa lebih tua keberadaannya
daripada rebab, alat gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad ke-18 telah menyebut nama tarawangsa sebagai
nama alat musik.
2.
Musik sedari dahulu digunakan untuk tujuan dan alat
menuju hal-hal tertentu yang berkaitan dengan alam, roh-roh para leluhur, dan
Sang Pencipta dengan tujuan untuk meminta keselamatan, meminta berkah, tolak
bala, meminta turun hujan, dan hal-hal yang bersifat mistis lainnya. Sehingga
dalam perannya masyarakat. Dalam rangkaian kehidupan manusia, musik, syair,
pantun, tari-tarian dan sebagainya memiliki peranan tersendiri dalam perjalanan
sejarah kehidupan.
3.2
Saran
1.
Sebagai generasi penerus, sebaiknya kita harus
menjaga serta melestarikan kebudayaan asli daerah khususnya kesenian musik
tradisional tarawangsa, karena keberadaanya hampir punah
2.
Berperan aktif dalam mempromosikan kesenian
musik tradisional tarawangsa, agar keberadaanya tetap terjaga dan tetap eksis
Demikian yang bisa kami sampaikan, mohon maaf jika masih banyak kekuranagn mengenai isi materi, sumber referensi, dll.
Semoga hal ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran dan komentar yang membangun sangat kami harapkan demi kelangsungan blog ini.
Wassalam
0 comments:
Post a Comment